Judul Asli : BY THE TIME YOU READ THIS, I’LL BE DEAD
Copyright © 2014
by Julie Anne Peters
Penerbit Noura
Books
Alih Bahasa :
Hedwigis Chrisma Hapsari
Proofreader :
Lani Rachmah
Layout
: Nurhasanah Ridwan
Cetakan I : April
2015 ; 322 hlm ; ISBN 978-602-0989-13-6
Harga Normal : Rp.
59.000,-
Rate : 4 of 5
Kisah dengan tema
bullying selalu menempati tempat
khusus di hatiku. Dan sejauh ini, diriku masih selalu terkejut ‘menyaksikan’
sejauh mana tindakan-tindakan yang dilakukan oleh para pelaku mulai anak-anak
hingga remaja, yang masih dianggap sekedar keisengan belaka, justru condong menjurus
pada awal dari serangkaian ‘kejahatan’ yang menimbulkan trauma tak terlupakan
bagi para korbannya – mereka yang disebut sebagai korban bullying. Julie Anne Peters juga merupakan salah satu penulis yang
senantiasa ‘berani’ dalam mengangkat tema-tema sosial pada kaum anak-anak
hingga remaja, topik yang acapkali dianggap tabu untuk dibicarakan secara
blak-blakan namun justru merupakan ‘monsters’ yang diam-diam menjadi predator
rutin di kalangan ini.
“Kami diberi tahu kalau kami tidak bisa punya anak. Jadi, kau adalah bayi keajaiban. Aku ingin kau tumbuh, menikah, dan punya banyak anak. Cucu-cucu untukku dan ibumu untuk dimanjakan. Kau punya sangat banyak hal untuk kau nantikan di kehidupan, Daelyn.”
Daelyn Rice
terlahir sebagai bayi normal, buah hati kedua orangtuanya, dan mereka merupakan
keluarga yang harmonis dan saling mengasihi satu sama lain. Tiada yang
mengetahui secara pasti kapan hal tersebut mulai berubah. Apakah dimulai dari
sifat Daelyn yang cenderung introvert, atau saat ia mendapati tubuh
kanak-kanaknya yang dianggap sehat dan lucu berubah menjadi bahan ejekan
teman-temannya karena dianggap ‘gendut-gembrot-menjijikan’ – ataukah ketika ia
dipermalukan oleh kaum dewasa saat ia berusaha menunjukkan talenta suaranya
yang merdu, justru dicemooh karena fisiknya yang tidak menarik. Ketika kedua
orangtuanya mulai menyadari bahwa putri mereka sama sekali tidak seperti yang
mereka harapkan, semuanya (nyaris) sudah terlambat untuk menolong Daelyn.
“Bullycide, Aku tahu kata itu dengan baik. Bunuh diri sebagai jalan keluar dari bullying.”
![]() |
[ source ] |
Di usia yang
sangat muda, depresi dan stress yang menghantui keseharian Daelyn, membuatnya
menjadi ‘suicidal’ – berusaha untuk menghabisi nyawanya melalui aneka macam
cara. Langkah terakhir yang ia lakukan dengan menegak cairan pemutih dan
amonia, membuatnya harus menggunakan alat penyanggah leher dan menjadi ‘bisu’
untuk sementara karena pita suara yang rusak. Namun yang lebih membuat Daelyn
menderita, adalah dirinya masih tetap hidup dan menjalani neraka setiap hari,
di sekolah, di ruang terapi, di rumah bersama kedua orangtuanya yang mengawasi
dirinya dengan ketat bagai seorang tahanan karena kecenderungan untuk melukai /
membunuh dirinya. Dan suatu hari, ia menemukan situs aneh bernama ‘Menembus
Cahaya’ – yang ternyata merupakan komunitas khusus bagi mereka yang ingin
mengakhiri hidupnya di dunia. Sekali lagi Daelyn menemukan jalan menuju
impiannya ...
“Aku takut, oke ? Aku selalu takut. Setiap hari dalam hidupku, aku bangun dengan ketakutan. Aku bertanya-tanya, siapa yang akan menuntaskan misinya untuk memburuku hari ini. Aku tidak TAHAN lagi untuk bisa membuang perasaan itu.” [ p. 254 ]
![]() |
[ source ] |
Tepat ketika arah
kisah ini kuduga akan menjadi sangat dramatis, dengan adanya situs ‘Menembus
Cahaya’ yang seolah-olah menjadi panduan khusus orang-orang putus asa dan
menderita hingga memilih ‘bunuh diri’ sebagai satu-satunya alternatif, penulis
memberikan karakter pendamping bagi sosok Daelyn, seorang pemuda yang lumayan
nyentrik, usil dan kerap mengundang senyum simpul (pada diriku, bukan pada
sosok Daelyn lho) akibat tingkah lakunya yang konyol, muncul sebuah pengharapan
bahwa kisah ini akan berakhir dengan cara yang lebih menyenangkan (paling tidak
demikian harapanku). Santana Girad – cowok dengan rambut diwarnai dan ditata
gaya punk, suka menunjukkan ketrampilan dance krump dan peliharaannya, Hervé
Villechaize Junior – tikus rumah yang mengerikan (ini menurut Daelyn), mulai
mengusik ketenangan rutinitas Daelyn setiap kali ia harus menunggu jemputan
sepulang sekolah.
“Anak-anak perempuan menakutiku lebih daripada anak-anak lelaki. Anak-anak lelaki kejam. Anak-anak perempuan sadis.” [ p. 187 ]
Baik Daelyn
maupun Santana, sama-sama menghadapi konflik tentang hidup-mati, namun keduanya
mulai dengan tujuan awal yang berbeda. Daelyn berjuang keras untuk mengakhiri
hidupnya, sedangkan Santana mengerahkan segenap kekuatan dalam dirinya yang
masih ada untuk menikmati hidup dan berbagi kebahagiaan – dengan caranya yang
unik. Membaca kisah ini benar-benar membuat emosiku mengalami naik-turun tiada
henti, terutama dalam menghadapi ‘curahan hati’ Daelyn dalam menghadapi segala
macam jenis ‘bullies’ yang jelas-jelas mulai menjurus pda aksi kejahatan hingga
pelecehan seksual. Entah bagaimana remaja lain yang seusia mampu melakukan ‘kejahatan’
yang didasarkan atas ketidak-sukaan pada anak lain hanya karena mereka berbeda.
Namun yang lebih
parah (dan sangat buruk) bagaimana perlakuan kaum dewasa, mulai dari para guru,
kepala sekolah, orang tua hingga dokter spesialis dan ahli kejiwaan dalam
menanggapi jeritan demi jeritan dari para korban (dalam kisah ini sosok Daelyn)
hingga akhirnya ia memilih untuk ‘membisu’ karena merasa sia-sia untuk berbicara
dengan orang lain. Dengan kata pengantar yang tak kalah menyentuh dari Rangga
Moela, ini adalah salah satu bacaan yang layak bagi kalangan remaja maupun para
orang tua, pendidik atau siapa saja yang memiliki kepedulian sosial atas
perkembangan anak-anak dan remaja, jangan sampai mereka tumbuh menjadi individu
yang tersakiti (secara fisik maupun mental) dan lebih menakutkan lagi jika
mereka tumbuh (dan berubah) menjadi sosok bullies serta predator bagi
calon-calon korban lainnya.
“ ... hanya karena seseorang berbeda bukan berarti dia harus dikucilkan atau dihina. Terkadang kalian mungkin melontarkan kata-kata lucu untuk candaan, tapi mungkin kata itu menyakiti orang lain. Di dunia ini masih banyak cara untuk bersenang-senang. Dan, tertawa dengan menghina atau menyakiti orang lain bukanlah cara bersenang-senang yang pantas. Buku ini mungkin cuman karya fiksi, tapi di kehidupan nyata banyak kejadian yang hampir sama atau malah lebih parah. Setiap tindakan bunuh diri yang dicontohkan dalam buku tidak untuk ditiru. Mari belajar mencintai diri kita dan orang lain. Semoga buku ini bisa membantu mengurangi korban bully.” [ Kata Pengantar oleh Rangga Moela – artis dan aktifis anti-bully ]
Tentang Penulis :
Julie Anne
Peters, lahir pada 16 Januari 1952, adalah penulis asal Amerika yang telah
menghasilkan lebih dari 20 buku di mana sebagian besar merupakan novel Young
Adult dengan tema-tema sosial bagi remaja maupun anak-anak. Karyanya telah
terbit bukan saja di Amerika, tetapi juga telah diterjemahkan dalam berbagai
bahasa seperti Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Cina, Kroasia, Turki,
Indonesia dan Brazil.
[
more about the author & related works, just check at here : Julie Anne Peters | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Thank You for visiting my blog & leave your comment in here (^o^) ... if you leave a backlink to your blog, I'll make sure to visit you back later on.