Translate

Monday, February 18, 2013

Books "PORCUPINE"



Books “MENJADI KAKAK”
Judul Asli : PORCUPINE
Copyright © 2007 by Meg Tilly
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Desain cover : Ria Radja Haba
Cetakan II : April 2009 ; 248 hlm
[ Goodreads ]

Buku ini salah satu dari tumpukan koleksiku yang sekian tahun tak pernah kubaca, dan karena semenjak tahun lalu sudah kutekadkan untuk ‘membongkar’ timbunan yang makin lama makin tinggi, akhirnya sampai juga buku ini ke tanganku untuk dibuka dan dibaca. Awalnya selain tertarik pada sinopsis cerita, adalah desain sampul yang serba hijau dengan ilustrasi menarik ini hingga membuatku tergerak untuk membelinya saat itu. Dan ternyata kisahnya sangat menarik, bukan sekedar bacaan ringan ala teenlit, melainkan kisah drama sebuah keluarga dalam mengalami cobaan berat di kehidupan mereka. 

Jacqueline Cooper atau yang lebih suka dipanggil Jack, baru berusia 12 tahun ketika musibah menimpa keluarganya. Ayah tercinta dan penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya, meninggal akibat serangan ‘peluru-nyasar’ saat bertugas sebagai Pasukan Penjaga Perdamaian Kanada di Afghanistan. Maka tanggung jawab keluarga menjadi beban Jack karena sang ibu – Fran Cooper, tak mampu melakukan apa pun selain berbaring di tempat tidur dan menangis selama berminggu-minggu. Sebelumnya, Bob Cooper yang selalu perhatian pada kebutuhan tangga mereka, mulai membersihkan pekarangan, menyiapkan ayunan bagi anak-anak, membayar tagihan serta membuat keceriaan di dalam keluarga tersebut. 


[ source ]
Kini, Jack harus berperan sebagai kakak sekaligus orang tua bagi adik-adiknya, Tessa (10 tahun) dan Simon (7 tahun) – menjaga agar mereka tetap bahagia serta menunaikan tugas belajar masing-masing, sekaligus mengingatkan atau terkadang menyeret ibu mereka untuk berbelanja untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Jack berusaha untuk kuat dan tabah, karena ia tahu, ayah tercinta telah mengunjunginya dalam mimpi sesaat sebelum tewas di Afghanishtan – beliau menaruh kepercayaan bahwa Jack pasti bisa menjaga keutuhan keluarganya. Jack yang sangat dekat dan memiliki sifat-sifat sama dengan ayahnya, yang paling merasakaan kedukaan atas kepergiaan sang ayah.  Dan semenjak kecil, ia terbiasa dengan ketrampilan serta ketangkasan layaknya seorang anak laki-laki dan lebih suka menemani sang ayah saat melakukan pekerjaan rumah. Bahkan panggilan sayang ‘Jack’ berasal dari sang ayah, sesuai yang tak pernah disukai oleh ibunya.

Jika Bob Cooper merupakan sosok yang hangat dan penuh kasih sayang, perhatian terhadap anggota keluarganya, maka Fran Cooper merupakan kebalikan dari sosok suaminya. Ia adalah wanita cantik yang senang akan perhatian, berdandan dan mengatur segala sesuatu agar tampak rapi, cantik dan menarik. Anak-anak hanya sebagai salah satu hal yang terkadang ia harus perhatikan, dirawat dan dijaga. Jika mereka melakukan sesuatu yang tidak disukainya, terutama Jack dan Simon yang lebih mirip sifat serta perilakunya dengan sang ayah, maka Fran melampiaskan dengan memanjakan Tessa yang menurut pada semua keinginannya. Tak jarang perselisihan terjadi akibat perbedaan perilaku ini, dan biasanya Bob Cooper berperan sebagai penengah dan penyatu keluarga ini. Kini ia telah tiada ...

[ source ]
Kisah ini sungguh menyentuh, membaca pengalaman anak-anak terutama Jacqueline ‘Jack’ yang harus mengambil keputusan serta peran sebagai pelindung sekaligus orang tua bagi adik-adiknya. Ketidak-sesuaian pendapat antara Fran dan Jack, semakin bertambah ketika Fran tak mampu memenuhi tuntutan sebagai orang tua yang layak. Ia bahkan ‘menitipkan’ anak-anaknya pada nenek buyut mereka – sosok yang tak pernah mereka ketahui bahkan berkenalan sepanjang usia mereka. Dan kemudian Fran menghilang pada suatu hari, tanpa pesan apa pun. Kehidupan anak-anak ini buka saja ‘dicabut’ dengan paksa dari lingkungan serta teman-teman yang mereka kenal, kini mereka juga harus terpaksa beradaptasi dengan kehidupan di wilayah yang sama sekali  mereka kenal – tinggal di rumah nenek buyut yang juga baru mengetahui bahwa ia memiliki 3 orang cicit yang kini harus ia rawat, karena sang ibu menghilang. 

Kenyamanan serta semua permintaan yang dulu mudah dikabulkan dan dipenuhi oleh ayah tercinta, kini harus mereka perjuangkan, karena kehidupan Gran (panggilan akrab keluarganya, nama aslinya Doris Findlay) yang hidup seorang diri sekian lamanya, cukup berat dengan mengelola peternakan kecil serta berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan kini ia juga harus memikirkan masa depan ketiga cicitnya. Hubungan awal diantara mereka tidak berjalan dengan baik. Gran tampak bagai orang tua mengerikan yang selalu kasar dan mudah berteriak, terutama saat ia bersama dengan cucunya : Fran Cooper. Gran marah besar karena Fran dulu ‘minggat’ dari rumah dimana ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya, sepeninggalan kedua orang tuanya saat ia seusia dengan Jack. Fran ‘kawin-lari’ dengan Bob Cooper, dan tak pernah memberi kabar ataupun menjenguk kedua orang tua pengganti yang telah mengasuhnya selama ini. 

~ Little Porcupine ~ [ source ]
Jack yang merupakan pemimpin diantara saudar-saudaranya, awalnya sangat membenci Gran – terutama karena ia menjelek-jelekkan ayahnya. Namun seiring dengan waktu, terjalin hubungan dan saling pengertian antara Gran dan Jack, dan mereka lebih menghargai satu sama lain karena mereka cukup tahu bagaimana sifat sebenarnya Fran Cooper. Gran meski sangat keras dan disiplin namun memiliki kepekaan serta kasih sayang melimpah bagi cicit-cicitnya. Kehidupan mereka tak akan pernah mewah bahkan sering kali kekurangan, namun mereka akan bersama-sama berjuang dalam menghadapi berbagai cobaan. Seperti ketika Gran harus mencari biaya bagi pendidikan mereka, atau kesulitan besar yang dihadapi Simon di lingkungan yang baru. 

Bocah mungil ini sangat berbeda dengan anak-anak seusianya. Ia memiliki kecerdasan serta daya kreatifitas serta imajinasi tinggi, namun prestasi akademiknya sangat rendah. Ia tak mampu membaca dan menulis hingga usia 7 tahun lebih – bahkan menghadapi cemoohan teman-temannya yang menganggapnya bodoh. Sungguh sangat berbeda pandangan masyarakat terhadap anak-anak yang memiliki ‘kelainan’ yang kemudian dikenal sebagai ‘disleksia’ – sesuatu yang mampu diatasi dengan penanganan yang tepat. Namun bagaimana nasib anak-anak yang tak pernah mengetahui akan ‘sesuatu’ yang membuat mereka ‘berbeda’ dengan anak-anak lainnya ? 

[ source ]
Terkadang dunia serta pergaulan anak-anak pun dapat berbuat sangat keji dibandingkan perilaku orang dewasa. Ketidak-tahuan atau ketidak-pedulian adalah penyakit yang sangat berbahaya, karena akan berakibat panjang pada kehidupan masa depan orang lain. Membaca perjuangan Jack demi melindungi dan menjaga Simon (sesuatu yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua), sangat menyentuh dan menggugah perasaan. Sungguh sayang kisah ini tidak berlanjut lebih panjang – karena perjalanan hidup mereka begitu penuh dengan warna-warni, terkadang gelap atau kelabu, namun tak jarang warna pelangi memenuhi hati mereka.
“Belai dia. Kita bisa membelainya sekarang,” Simon berbisik dengan wajah tak berdosa... Ia mengulurkan tangan, kemudian tanganku turut melakukannya, berdua kami membelai landak itu. Dan itu adalah benda terlembut yang pernah  kurasakan seumur hidupku. Karena, di balik semua duri tajam membahayakan itu, landak memiliki bulu halus nan lembut.” [ ... seperti juga demikian jalannya suatu Kehidupan | Porcupine by Meg Tilly ~  ]
Tentang Penulis :
[ source ]
Meg Tilly adalah mantan aktris yang dikenal lewat perannya dalam ‘The Big Chill’ dan ‘Agnes of God’ – yang membuatnya memperoleh Penghargaan Golden Globe untuk Pemeran Pembantu Wanita Terbaik tahun 1986, sekaligus masuk dalam nominasi Oscar. Selain Porcupine, ia juga menulis dua buah novel dewasa berjudul ‘Singing Songs’ dan ‘Gemma’ ; dan novel remaja lainnya ‘Lucky’. Kini ia tinggal di Vancouver, B.C., bersama keluarganya. 

[ more about the author, books and related adaptations, visit at here : Meg Tilly ]

Best Regards,
* Secret Garden *
 

No comments:

Post a Comment

Thank You for visiting my blog & leave your comment in here (^o^) ... if you leave a backlink to your blog, I'll make sure to visit you back later on.