READ-A-LONG with Enid Blyton ( 3 )
Masih membahas tentang karya Enid Blyton, kali ini aku ingin
membahas tentang serial gadis-gadis di sekolah asrama, kebetulan ada 3 serial
yang banyak digemari yaitu :
Tokoh utama serial ini adalah Darrell Rivers – gadis periang,
mudah bersahabat, blak-blakan, keras kepala dan mudah ‘naik-darah’ ...
tanda-tandanya jika warna ujung hidungnya berubah. Kisah yang dibagi dalam 6
judul terpisah ini menceritakan penjalanan Darrell semenjak ia pertama kali
memasuki asrama sekolah Malory Towers.
Lokasi sekolah yang terletak di tebing tinggi dengan kolam renang yang
berbatasan dengan laut, sungguh pemandangan yang menakjubkan.
Perjalanan kisah Darrell yang ‘naik-turun’ dengan berbagai konflik yang melibatkan berbagai karakter lainnya, sangat menggoda dan menggelitik. Bahkan dalam serial ini, Enid tampak lebih matang memberikan nuansa serta keunikan karakter yang berbeda-beda. Dengan memainkan peran bukan sosok yang tampak ‘baik-baik’ tapi justru penuh rahasia serta konflik, pencarian tentang pokok permasalahan dan usaha untuk membantu ‘proses’ penyelesaian ( yang senantiasa berkembang mulai buku pertama hingga buku terakhir ) ... membuat serial ini menjadi favorit-ku no. 1.
ST. CLARE
Perjalanan kisah Darrell yang ‘naik-turun’ dengan berbagai konflik yang melibatkan berbagai karakter lainnya, sangat menggoda dan menggelitik. Bahkan dalam serial ini, Enid tampak lebih matang memberikan nuansa serta keunikan karakter yang berbeda-beda. Dengan memainkan peran bukan sosok yang tampak ‘baik-baik’ tapi justru penuh rahasia serta konflik, pencarian tentang pokok permasalahan dan usaha untuk membantu ‘proses’ penyelesaian ( yang senantiasa berkembang mulai buku pertama hingga buku terakhir ) ... membuat serial ini menjadi favorit-ku no. 1.
ST. CLARE
Tokoh utama serial ini adalah sosok si Kembar Pat &
Isabel Sullivan – sepasang gadis pandai, banyak sahabat, namun menjadi agak
‘sombong’ dan ‘manja’ menurut penilaian kedua orang tuanya, sehingga alih-alih
melanjutkan ke sekolah swasta yang mahal dan eksklusif, mereka berdua dimasukan
dalam sekolah asrama negeri St. Clare. Merasa dipaksa dan bertekad untuk tidak
tinggal lebih lama di St. Clare, si kembar bertekad melakukan ulah dan
kenakalan sehingga mereka ‘dikeluarkan’ dari St. Clare.
Tapi alih-alih mereka mendapat kesempatan melaksanakan niatnya seratus persen, justru berbagai ‘pelajaran’ penting dalam hidup mereka alami. Seperti siswa baru harus datang ‘melayani’ siswa yang lebih tinggi tingkatannya. Seumur hidup tidak tahu cara menyalakan api perapian, atau menjerang air minum untuk teh, menjahit, membersihkan ... segala hal yang biasa dilakukan oleh pelayan rumah, mereka harus pelajari selain pokok pelajaran itu sendiri. Dan pukulan terbesar, tingkat kepandaian mereka di sekolah sebelumnya yang membuat mereka ‘besar-kepala’ karena selalu dalam posisi puncak, justru berbalik ‘menampar’ saat keduanya menyadari bahwa di St. Clare, taraf mereka adalah pemula, bahkan mendekati nomer terbawah dari ranking nilai ...
Dibandingkan Malory Towers yang menunjukkan sisi kelam – sisi negatif sebuah karakter, namun kemudianmulai memasuki pencerahan, maka serial St. Clare hampir mirip, hanya nuansa yang aku tangkap lebih meriah dan penuh kelucuan serta kekonyolan, atau singkatnya sedikit lebih ‘ringan’ dibandingkan Malory Towers. Tapi tetap tidak membuat keasyikan membaca kenakalan gadis-gadis asrama yang melakukan “Pesta Tengah Malam” (membuat diriku meneteskan liur membaca setiap deskripsi makanan-minuman yang disantap oleh anak-anak ini ), atau keisengan untuk mengerti guru-guru mereka, terutama Mam’zelle – guru bahasa Prancis yang selalu saja mudah tertipu hehe ... ( klo tidak salah, di dalam kisah Malory Towers ada dua Mam’zelle, yang satu pendek-gemuk dan periang, suka humor bahkan bertekad membalas lelucon anak-anak dengan melakukan lelucon pribadi, dan yang satunya bertubuh tinggi-kurus dan selalu muram dan cemberut, lebih tegas dan tidak mudah dikelabui )
Tapi alih-alih mereka mendapat kesempatan melaksanakan niatnya seratus persen, justru berbagai ‘pelajaran’ penting dalam hidup mereka alami. Seperti siswa baru harus datang ‘melayani’ siswa yang lebih tinggi tingkatannya. Seumur hidup tidak tahu cara menyalakan api perapian, atau menjerang air minum untuk teh, menjahit, membersihkan ... segala hal yang biasa dilakukan oleh pelayan rumah, mereka harus pelajari selain pokok pelajaran itu sendiri. Dan pukulan terbesar, tingkat kepandaian mereka di sekolah sebelumnya yang membuat mereka ‘besar-kepala’ karena selalu dalam posisi puncak, justru berbalik ‘menampar’ saat keduanya menyadari bahwa di St. Clare, taraf mereka adalah pemula, bahkan mendekati nomer terbawah dari ranking nilai ...
Dibandingkan Malory Towers yang menunjukkan sisi kelam – sisi negatif sebuah karakter, namun kemudianmulai memasuki pencerahan, maka serial St. Clare hampir mirip, hanya nuansa yang aku tangkap lebih meriah dan penuh kelucuan serta kekonyolan, atau singkatnya sedikit lebih ‘ringan’ dibandingkan Malory Towers. Tapi tetap tidak membuat keasyikan membaca kenakalan gadis-gadis asrama yang melakukan “Pesta Tengah Malam” (membuat diriku meneteskan liur membaca setiap deskripsi makanan-minuman yang disantap oleh anak-anak ini ), atau keisengan untuk mengerti guru-guru mereka, terutama Mam’zelle – guru bahasa Prancis yang selalu saja mudah tertipu hehe ... ( klo tidak salah, di dalam kisah Malory Towers ada dua Mam’zelle, yang satu pendek-gemuk dan periang, suka humor bahkan bertekad membalas lelucon anak-anak dengan melakukan lelucon pribadi, dan yang satunya bertubuh tinggi-kurus dan selalu muram dan cemberut, lebih tegas dan tidak mudah dikelabui )
THE NAUGHTIES GIRL ( versi Indo : serial Si Badung )
Seri ini tentang gadis cilik bernama Elizabeth Allen – gadis cantik namun manja luar biasa dan kenakalannya membuat pengasuh pribadinya berganti orang setiap saat – tidak ada yang tahan dengan kenakalannya, hingga orang tuanya memutuskan memasukkan dirinya ke asrama sekolah Whyteleafe karena mereka berdua hendak bepergian ke luar negeri selama setahun. Sama seperti Pat dan Isabel Sullivan di serial St. Clare, Elizabeth bertekad bulat untuk segera ‘keluar’ dari sekolah itu.
Ia sengaja bersikap nakal, kurang-ajar, tidak pernah mau mematuhi peraturan apa pun, hingga dalam sekejap ia dimusuhi setiap anak baik laki-laki maupun perempuan ( iya benar, ini sekolah asrama yang bercampur antara ‘boys and girls’ ). Apalagi di sekolah ini peraturan dibuat dan dilaksanakan oleh para murid-murid sendiri, dengan adanya Dewan Sekolah, terdiri dari Ketua Murid ( satu pria, satu wanita ), serta beberapa orang Pengawas yang semuanya merupaan murid-murid pilihan murid-murid lain, adanya Rapat yang diadakan seminggu sekali, membahas berbagai masalah dan topik, dan membereskan serta ‘meluruskan’ hal-hal yang tidak benar --- seperti kelakuan Elizabeth Allen yang mendapat gelar khusus : si Badung, si Bengal, si Pembuat Onar ...
Best Regards,
* Secret Garden *
dari dulu gua paling suka serial malory towers.. dan baca ulang buku2nya malory towers pun tetap memberikan sensasi rasa yang sama, menyenangkan.
ReplyDeleteduluu gua ngga terlalu suka st. clare tapi pas baca2 ulang ternyata menyenangkan juga :D sekarang jadi rada sejajar dhe ama malory towers.
serial si badung.. naahh.. dulu sih walau ngga sampai jadi favorit tapi menurut gua elizabeth ini lumayan ok lah buat dibaca tapi pas dibaca ulang di usia yang berbeda, gua kok jadinya ngga terlalu suka ya XD