Books “KATALIS”
Judul
Asli : CATALYST
by
Laurie Halse Anderson
Copyright
© 2002 by Laurie Halse Anderson
Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : SP Dyah Purnamasari
Desain
Sampul : eMTe
Cetakan
I : Januari 2011 ; 264 hlm ; ISBN 978-979-22-6603-0
Rate
: 4 of 5
[ Goodreads ]
“Katalisator adalah zat yang menambah kecepatan reaksi. Katalisator dimasukkan ke salah satu tahap reaksi, lalu nantinya diregenerasikan kembali dalam proses itu. Katalisator tidak habis terpakai, ia menciptakan jalur energi baru yang lebih rendah dalam reaksi tersebut.” [ ~ from “Catalyst” | p. 81 ]
Kate
Malone – putri sang pendeta yang berbakti, mencurahkan waktu untuk meraih
peringkat pertama di bidang akademik dan mengurus rumah tangga (terutama karena
sang ayah dan adik laki-lakinya tidak mampu melakukannya) setelah sang ibu
meninggal dunia. Kate bahkan meluangkan waktu untuk ikut serta kegiatan sosial
yang diselenggarakan oleh anggota gereja. Semua memandang Kate sebagai anak
teladan dan layak menjadi contoh bagi remaja lain. Tiada yang mengetahui apa
sebenarnya yang ada di dalam benak Kate, karena ia telah menutup rapat-rapat
rahasia tersebut.
Kini
tujuan utama Kate adalah segera menerima surat dari MIT yang akan meloloskan
dirinya sebagai salah satu penerima beasiswa perguruan tinggi. Meski semua
teman dan kenalannya mengajukan surat lamaran ke beberapa perguruan tinggi,
Kate hanya melamar di satu tempat : MIT. Adalah impian Kate untuk segera keluar
dari rumah dan lingkungannya, untuk menjalani kehidupan yang sama sekali baru
dengan orang-orang yang tak pernah ia kenal, dan MIT yang juga merupakan
almamater ibunya, merupakan prioritas utama bagi Kate dalam rangkaian rencana
besar bagi masa depannya.
Kate
yang selalu tampil tenang dan meyakinkan, memiliki kegelisahan dan ketakutan
yang tak pernah bisa hilang. Insomnia yang berlarut-larut, membuat dirinya
menjalani rutinitas berlari menjelang tengah malam hingga dini hari, menjadi
salah satu pelariannya. Dan di kala kegelisahan itu tak mampu bertahan lebih
lama, surat dari MIT muncul, dengan keputusan yang merupakan ultimatum : Kate
tidak diterima di MIT !!! Belum sempat ia mengambil nafas akibat ‘palu-godam’
yang menghantam hatinya, sang ayah memberikan sebuah pengumuman lain yang
mengguncang dirinya.
Kediaman
Pendeta Malone akan menerima Terry ‘Teri’ Litch dan adiknya Mikey Litch yang
baru berusia 2 tahun. Keluarga Litch yang merupakan tetangga mereka, dijauhi
oleh sebagian masyarakat akibat tingkah laku mereka yang berbeda. Mulai dari
kediaman mereka yang cukup bobrok, sang ayah yang masuk tahanan penjara, ibu
yang sakit-sakitan dan putri remaja yang suka memberontak dengan melakukan
aneka pelanggaran hukum. Teri juga musuh besar Kate semenjak kecil, ketika ia
mengganggau hingga memukul Kate hingga ibunya yang kala itu masih hidup harus
menenangkan putrinya.
Awalnya
kisah ini berjalan bagaikan drama ala remaja yang mengalami konflik serta
pencarian jati diri setelah mengalami masa-masa menyedihkan akibat kematian
sosok yang dicintai dalam keluarga. Komunikasi yang seharusnya terjalin untuk
mempererat hubungan antar anggota yang sama-sama merasakan kehilangan, justru
tidak mampu menemukan jalan keluar. Masing-masing berusaha menyibukan diri demi
menghindari ‘terbukanya’ pintu hati yang akan mengungkap kepedihan dan luka
hati. Kemudian konflik mulai muncul satu demi satu.
Kehadiran
pihak luar yang ‘dipaksakan’ masuk dalam kehidupan keluarga ini, memberikan
reaksi yang unik. Penolakan dan rasa enggan dari kedua belah pihak, perlahan
mulai mengalami perubahan. Kate Malone yang diibaratkan sosok teladan dan
sempurna, memiliki segala sesuatu yang patut disyukuri, ternyata menyimpan
ketidak-puasan dan kepedihan yang dalam. Terry Litch yang dianggap biang-onar,
anak berandalan yang tidak mungkin meraih prestasi dalam bidang apapun,
ternyata memiliki sesuatu yang sangat berharga dan menjadi rahasia harta karun
di dalam hatinya.
Persamaan
antara kedua sosok yang bermusuhan ini, yaitu kemarahan atas ketidak-adilan
dalam kehidupan yang dijalani, membawa mereka pada persimpangan jalan menuju
masa depan yang tak diketahui. Sebuah pepatah yang mengatakan : ‘Manusia
merencanakan segala sesuatunya, namun Tuhan yang Berkuasa untuk mengubahnya’ –
entah mengapa terlintas dalam benakku saat membaca kisah ini. Dengan sebuah
ending yang sangat mengejutkan dan membuat perasaanku ‘haru-biru’ yang
menyesakkan, menghantam hati akan tragedi kisah tentang kehidupan serta kematian
anak manusia.
[ more about this author & related works,
just check at here : Laurie Halse Anderson | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter ]
~
This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
9th
Book in Finding New Author Challenge
34th Book in TBRR Pile
Best
Regards,
Hobby
Buku
No comments:
Post a Comment
Thank You for visiting my blog & leave your comment in here (^o^) ... if you leave a backlink to your blog, I'll make sure to visit you back later on.